Thursday, 19 January 2012

Buku yang pernah di bedah di UIN Syarif Hidayatulah Jakarta, Fakultas Usuluddin dan Filsafat, bersama Prof. DR. Komaruddin Hidayat dan Muhammad Ridwan Lubis dari Pusat Litbang kehidupan beragama di Indonesia, Prof. DR. M. Iksan Tanggok, Direktur Pusat Kajian Kawasan Asia Timur,dan penulisnya sendiri Platti dari Ordo Paradominikan ini, judulnya terkesan sugestif (atau bagi beberapa pihak provokatif) diterjemahkan dari bahasa Inggrisnya yaitu Islam: Friend or Foe? Judul bahasa Inggris (teman atau musuh). Namun, judul di atas harus dilihat dalam latar belakang buku ini ditulis. Pertama-tama Platti tidak menulis buku ini untuk pembaca Barat yang tidak mengerti Islam yang karena gempuran media mempunyai persepsi yang salah tentang Islam. Suka atau tidak suka Barat masih mempunyai Islamphobia karena pemberitaan yang tidak seimbang tentang Islam. Peristiwa (9/11) atas runtuhnya menara World Trade Center (WTC) membuat banyak pihak Barat shock atas dimensi kekerasan yang dilakukan kelompok kecil mengatasnamakan Islam.

Pengetahuan tentang Islam
Kurangnya pengetahuan yang mendalam tentang Islam plus kehadiran kegiatan kelompok minoritas radikal membuat wajah Islam dipertanyakan di Barat. Platti yang telah bergaul dengan orang muslim selama 40 tahun dan bertempat tinggal baik di Eropa dan Kairo selama 40 tahun plus studinya yang mendalam tentang Islam mencoba untuk menjawab bagi orang Eropa, bagaimana wajah Islam sebenarnya menurut versi atau studi Platti. Tentu jawaban Platti positif tentang Islam: Islam bukan musuh! Kalau membaca secara teliti buku Platti orang akan mendapatkan kesan bahwa tiga agama monoteis (Islam, Kristen dan Yahudi) sebenarnya mempunyai konektivitas satu sama lain.

“Kalau kami boleh katakan lebih dalam ketiga agama itu mempunyai akar semitik yang kuat yang di dalam perkembangan sejarah bak hulu sungai yang satu (baca: akar semitik) akhirnya mempunyai anak sungainya masing-masing,” terang Islamolog UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Johanes Robini OP, terkait isi buku ini.

Dalam buku ini, Platti mau menjawab pembacanya di Barat: daripada sebagai musuh, Islam sebenarnya sangat dekat dengan tradisi Kristen dan Yahudi sehingga Barat tidak perlu melihat Islam secara salah dan bahkan melihat Islam sebagai musuh. Islam itu “sepupu” tradisi Kristen-Yahudi.

Robini menjelaskan, hal lain positif yang dilihat dari Platti adalah ia menempatkan Islam sebagai agama yang menjawab manusia soal keselamatan. Bagi dia pada akhirnya Islam mempunyai tawaran keselamatan kepada umat manusia. Ini tentu hal yang luar biasa karena dikatakan oleh seorang imam Katolik yang kalau tidak terbuka pikirannya tidak akan mengatakan demikian. Bagi Platti Islam mempunyai tawaran spiritual. Justru di sinilah bagi pihak Islam harus kembali ke “fitrah” yang intinya Islam adalah sebuah agama: Islam pada akhirnya adalah perjumpaan dengan Tuhan yang menawarkan keselamatan. Di sinilah Platti dalam analisanya mengatakan pada akhirnya adalah bahaya atau “bermain api” kalau agama diletakkan dalam tataran politik atau digunakan untuk propaganda politik.

Persoalan yang sangat hangat mengenai jihad (hal; 91-109) dianalisis Platti dengan bantuan tokoh-tokoh Muslim yang otoritatif (Al-Bouti, Tariq Ramadan, Mohammed Talbi) bahkan bukan hanya diskusi di jaman modern melainkan diskusi klasik abad pertengahan. Ini juga kekuatan buku Platti: analisis historis yang kayak arena pengetahuan beliau mengenai dunia Islam bahkan klasik sekalipun.

Pembaca Indonesia pada akhirnya bisa menikmati buku ini yang harus diletakkan dalam konteks dunia Barat yang tidak mengenal Islam bahkan sudah sekuler dan kadangkala tanpa pengetahuan yang mendalam membuat sebuah penilaian yang akibatnya bisa fatal sehingga “image” islam dimengerti secara salah. Platti sebagai imam Katolik tentunya karena keyakinannya akan dimensi spiritual Islam yang bisa memberikan kontribusi yang luar biasa pada perkembangan dunia manusia perlu angkat bicara supaya Islam jangan salah dimengerti banyak pihak.

Memang kenyataan pahit harus dialami manusia pada akhir abad XX dan awal XXI yaitu semakin gencarnya gerakan fundamentalisme yang meski hanya sekelompok kecil namun selalu menjadi masalah buat semua orang mengenai otentisitas agama-agama. Pesan Platti sederhana: otentisitas agama adalah jawaban semua agama untuk membuktikkan bahwa agama itu asli dan punya tawaran yang berarti.

Untuk kita di Kalbar kedatangan Platti nantinya bersama direktur IDEO (Dominican Institute of Oriental Studies) Jean Jacques Perennes OP sangat mempunyai makna. Keduanya adalah imam Katolik tetapi hidup lebih dari 20 tahun di dunia Islam. Pengetahuan mereka akan Islam juga pergaulan mereka dengan saudara-saudari Muslim tentunya merupakan saksi hidup bahwa setiap perjumpaan yang jujur akan mengubah seseorang, “Mereka adalah saksi hidup bahwa fanatisme bukan jawaban di jaman kita dan semua orang bisa menjadi orang yang terbuka kepada sesama dengan syarat: keterbukaan hati sebagai dasar yang tidak lain adalah kejujuran dan pengetahuan yang cukup dalam akan yang lain,” tukas Robini.


Platti OP, Emilio, Islam, Kawan atau Lawan? Jakarta: CRID & PUKKAT UIN, 2010 (xviii+320 halaman)

Pernah diterbitkan di Borneo Tribune

Sunday, 15 January 2012

Bohong besar kalau kita merdeka, kita sebenarnya masih hidup di alam penjajah. Konflik kepemilikan tanah (Agraria)yang belakangan terjadi, memilukan. Mirip dengan sistem yang dilakukan Penjajahan Belanda. Dulu Belanda merampas tanah rakyat pendekatan terhadap pemimpin lokal. Bagi kerajaan atau pemimpin yang tamak dengan upeti, tidak terjadi perlawanan, bahkan kekuasaan kerajaan dibiarkan diobok-obok Belanda, banyak simbol kerajaan dikolaborasikan dengan Belanda, rakyat dibiarkan bekerja dan menjadi kuli ditanah sendiri,mirip dengan sekarang kan?, .Namun tidak sedikit yang menolak, sehingga pecah perlawanan terhadap Belanda.


Fenomena perampasan tanah
Rakyat yang selama ini tenang 'diganggu' pemilik modal (Kapitalis)yang ingin mengeruk kekayaan alam dengan merampas tanah rakyat untuk kepentingan pribadi. Kaum Kapitalis banyak yang menggunakan moncong senjata aparat penegak hukum untuk menakuti rakyat, dengan alasan keamanan investasi, namun moncong-moncong tersebut memuntahkan pelurunya, yang ironisnya dibeli dengan uang rakyat. Banyak kasus terjadi,penghujung 2011 dan awal 2012 seakan perang antara penjajah dan rakyat kembali pecah, korban penembakan berjatuhan.Fenomena perkebunan dan pertambangan yang merangsek semakin mengepung kenyamanan hidup masyarakat, tidak sedikit,tanah mereka di rampas hanya untuk kepentingan pemilik modal.

Belajar dari Konflik Diponegoro
Bagi Indonesia, Diponegoro Pahlawan. Belanda menganggap Diponegoro itu pemberontak,karena melawan kebijakan mereka. Diponegoro tidak mau tunduk lantaran masih memikirkan kesejahteraan rakyatnya, menghormati adat istiadat leluhurnya. Namun Belanda yang terlanjur doyan dengan ramuan penghangat badan, ingin setiap jengkal tanah di Indonesia ditanami bumbu-bumbu. Tidak mempedulikan kalau itu kuburan, atau ada tanaman lain milik rakyat. Diponegoro tetap pada pendiriannya.

Perang Diponegoro berawal ketika pihak Belanda memasang patok di tanah milik Diponegoro di desa Tegalrejo. Saat itu, beliau memang sudah muak dengan kelakuan Belanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat dan sangat mengeksploitasi rakyat dengan pembebanan pajak.

Sikap Diponegoro yang menentang Belanda secara terbuka, mendapat simpati dan dukungan rakyat. Atas saran Pangeran Mangkubumi, pamannya, Diponegoro menyingkir dari Tegalrejo, dan membuat markas di sebuah goa yang bernama Goa Selarong. Saat itu, Diponegoro menyatakan bahwa perlawanannya adalah perang sabil, perlawanan menghadapi kaum kafir. Semangat “perang sabil” yang dikobarkan Diponegoro membawa pengaruh luas hingga ke wilayah Pacitan dan Kedu. Salah seorang tokoh agama di Surakarta, Kyai Maja, ikut bergabung dengan pasukan Diponegoro di Goa Selarong.
Selama perang ini kerugian pihak Belanda tidak kurang dari 15.000 tentara dan 20 juta gulden.

Berbagai cara terus diupayakan Belanda untuk menangkap Diponegoro. Bahkan sayembara pun dipergunaan. Hadiah 50.000 Gulden diberikan kepada siapa saja yang bisa menangkap Diponegoro. Sampai akhirnya Diponegoro ditangkap pada 1830. Kemudian dibuang ke luar Jawa.

Keadaan sekarang pun tidak berubah, bagi siapa yang melawan kebijakan pemilik modal akan 'dibuang' nyawanya, atau paling tidak diancam penjara, sehingga tidak sedikit yang mencari aman. Anehnya pemimpin daerahpun seakan tidak berkutik, melihat ulah kaum kapitalis yang menindas rakyat dengan merampas tanahnya. Ayo, amankan tanah masing-masing, penjajahan masih banyak di sekitar kita, jangan beri tanahmu kalau tak mau miskin dan melarat dikemudian hari.

Monday, 9 January 2012

"Pulanglah...." ujar Ibuku setengah berteriak lewat telpon genggam, "belum Bu, lihat kondisi akhir-akhir ini udah lumayan bagus, udah bisa makan bubur" jawabku. Memang kondisiku sejak resign dari tempat kerja cenderung menurun, tensi darahku labil, hampir 90 hari aku merasakan sakit yang tak jelas, panas tinggi namun tensi normal.Pernah merasakan dingin seperti masuk kotak pendingin, namun berkeringat sebesar biji Jagung. Tak tahu apa gerangan penyakit menyerang. Aku merenung setiap perkataan dan perbuatan ketika bekerja, hubungan dengan kerabat, orang dan sebagainya, rasanya tak ada yang membuat orang lain sakit hati.

Sejak terbaring, aku lebih banyak nonton televisi, membaca koran dan menunggui istri yang bekerja, untunglah masih bisa masak,dan melakukan pekerjaan rumah lainnya, "Sudahlah yang penting bisa sedikit menggerakan otot-otot," gumamku. Menurut orang tuaku, walau sakit seberat apapun, Aku tetap memaksakan diri bekerja, samp[ai benar-benar tidak mampu bergerak.

Sakit Siklus
Sejak 1992, sakit tak pernah Aku alami lagi. Namun akhir 2011, merupakan ujian terberat setelah aku menikah, istriku tidak kaget, karena sudah aku ceritakan perihal kondisi badanku. Dia sangat siap, walau sekali-sekali aku melihat kejenuhan di raut mukanya, bekerja sampai malam, kalau pulang menunggui suami sakit. Sungguh pekerjaan yang tidak mengenakan. Pekerjaan yang tidak pernah dicita-citakiannya sejak kecil. Namun menurutnya inilah ujian awal pernikahan kita, "Maafkan abang, lalu sakit begini,", " Tak apa abang istirahat yang cukup, dan minum obat teratur biar cepat sembuh, jangan pikirkan pekerjaan," ujarnya lirih.

Mengandung
Ditengah sakit mendera, suatu pagi aaku terbangun karena istriku pagi-pagi sekali ke kamar mandi, sebuah kebiasaan yang jarang dilakukannya, setidaknya setelah menikah. Kami sering bermalas-malasan di tempat tidur sambil bercanda dan menyusun rencana hidup, kalau bangun pagi, bertukar cerita mimpi malam dan mengungkapkan impian. "Bang, positif...!," ujarnya sambil menunjukan alas tes manual padaku yang masih berselimut. Syukurlah gumamku dalm hati, ternyata kerja kerasku selama ini membuahkan hasil. Berarti sembilan bulan ke depan aku tak boleh sakit apalagi sampai terbaring seperti ini. Senyum merekah dalam hatiku, seolah ingin sembuh waktu itu, namun tidak berdaya, aku tetap saja merasakan dingin dan pusing serta mual. Untuk memastikan, kami ke Bidan di kampung itu, dan hasilnya benar-benar positif, istriku diberi secarik kertas dari bekas bungkusan susu, sementara buku KMS belum ada. Kami pulang, dalam balutan jaket, hatiku tersenyum, ya tersenyum saja.

Merry Christmas Lemas

Beberapa hari menjelang Natal, kami memutuskan pulang ke Kembayan, kampung istriku. Aku lebih dulu diantar kerabat yang kasihan melihat kondisiku semakin memburuk. Badanku turun 15 kilogram. Kumisku tak terawat apalagi rambut dan aroma badan, benar-benar gembel. Aku memaksakan untuk mandi agar aroma di dalam Mobil tidak terlalu menyengat. Jam 12.00 aku diantar ke tempat mertua, di sana masakan dan minuman hangat serta minyak urut siap, namun makanan tak satupun aku sentuh, aku muntah lagi dan terbaring hingga malam menjemput. Ibu mertua memasakan bubur namun sekin sendok dimakan begitu juga keluar, sepertinmya siklus lancar, lalu ke Puskesmas, tukang urut dan sebagainya dilakukan, ketika istriku menyusul liburan. 24 Malam kami menikmati natal, aku sempat mengantar istri ke salon, lagi-lagi ibu dikampung menelpon dan minta Aku pulang untuk berobat, Aku oke-kan selesai Natal, karena aku ingin melewati liburan natal bersama istri tercinta, ini moment pertama setelah pernikahan kami.

Istriku membelikan Kemeja bermerek lengan panjang, harganya lumayan, karena merek terkenal. Kemeja kesukaanku. Dia membeli gaun mini kesukaanku, yang setiap kejakarta aku belikan. Kali ini Krem warnanya dia beli bersama kemejaku. Kami ingin memakainya bersama hari Kelahiran Yesus Kristus. Aku senang, dalam sakit mendera aku tersenyum dan mengecup kening istriku di kamar, "terima kasih sayang'" tak terasa bulir bening keluar dari sudut mataku.

Malam tanggal 25 aku ke Gereja bersamanya, menggunakan batik Pink dia senang, tersenyumdan memelukku, namun suasana hatiku tidaktenang karena balutan penyakit, aku selalu keringat dingin, namun berusaha tidak membuatnya kecewa, "Paling tidak malam ini," gumamku. Aku berusaha duduk didekatnya, kami duduk didekat pintu masuk, Perayaan Natal berjubel. Ukuran gerejayang tak sebanding membuat umat, termasuk aku tidak nyaman. Harusnya natal digereja baru persis di depan rumah, namun gereja yang dibangun mirip gereja-gereja di Eropa tersebut belum selesai, sehingga Gereja sementara yang hanya menampung 100 orang digunakan. Aku tidak konsentrasi, aku keluar gereja dan duduk di teras Puskesmas yang kebetulan berhadapan. banyak yang menyalami dan menegurku, menanyakan kondisi serta kabar, karena kami menikah Gereja di Kembayan, orang-orang di situ banyak mengenaliku, karena wajah sedikit unik, pucat tanpaekspresi, apalagi kalau bukan Demam tak tentu rudu, namun kupaksakan tersenyum biar mereka tak kecewa.

Setelah komuni aku putuskan ajak istriku pulang, biar tidak terlalu malam, aku (*maaf)muntah lagi tiba di rumah, kembali ke tempat tidur kupikir menjadi pilihan tepat. Pagi, ingin aku sembahyang karena istriku sudah bangun, dia sudah di depan kaca, mengajakku sembahyang, aku bangun dan mandi, menggigil yang aku rasakan, bulu-buluku merinding. Aku paksakan memakai baju kemeja yang dibelinya, kusemprot minyak wangi, kupasang sepatu, kami ke gereja, Gaun Krem membuatnya semakin cantik walau sedang hamil. Sampai di ruang tamui aku teduduk, aku mau pingsan, mukaku dingin, badanku meriang aku terduduk di kursi tamu, istriku trerlihat kecewa, "Yang, kita pakai di rumah saja ini pakaian, abang tidak kuat," Sangat berat hatinya untuk mengiayakan namun apa mau dikata, aku tidak bisa bangun, Aku minum air putih dan mencoba bangun menuju ruang TV di lantai atas, dan terbaring di sana. Selamat Natal 2011 gumamku, mimpipun menjemput, demam kembali menyerangku, panas tinggi, sehingga kompres keningku selalu kering dan berkali-kali dibasahi.

Berobat
Tiga hari setelah perayaan Natal, aku pulang kami menyewa Mobil, karena istriku tidak boleh banyak bergerak, perutnya semakin membesar, dia juga sekali-sekali mual. Kami kembali ke Pusat Damai, aku langsung ke Kangking, Ketapang. Empat jam jaraknya, membuat kondisiku semakin memburuk, aku tak bisa tersenyum, bahkan pandanganku kabur, kepalaku berdenyut, leherku seperti ada yang memukuli, telapak kakiku seperti menginjak bongkahan es, ah kenapa badan ini. Aku berusaha, ke kampung, naik motor hujan sampailah di Kangking tanah kelahiranku. Ibu dan bapak serta kerabat yang harap-harap cemas tersenyum kecut melihat kondisiku, yang sudah pucat pasi, segera Ibu memasak bubur, bapak mencari ramuan. Tak kuhiraukan pesta pernikahan di Rumah sebelah, yang juga kegaduhan karena kedua mempelai pingsan setelah pemberkatan, hampir satu hari mereka bergelut dengan kecemasan, kedua mempelai tidak sadar, hingga tengah malam kudengar alunan musik dangdut menggema pertanda keduanya sudah sadar, mungkin lagi 'belacek'. Aku tak bisa tidur, dingin menyelimuti, mebngalahi ketebalan selimutku. Bapak dan Ibu serta keluarga tidur bersamaku,malam itu mimpi buruk dan ketakutan menyelimutiku. Ketakutan akan kematian, ketakutan akan penghakiman di akhirat karena aku tak mampu melawan penyakit, aku gampang menyerah, aku tidak kuat menghadapi hidup, kalah dari orang cacat, orang buta, orang miskin. Aku mulai ingat akan Tuhan, dan berdoa, "Tuhan kalau boleh, beri aku kesempatan untuk hidup kembali aku akan membahagiakan istri anak dan keluarga ku, serta memujiMU," Rosario hadiah pernikjahan tidak pernah hilang di tanganku. Istriku selalu aku ingatkan agar membawa benda tersebut kemanapun pergi termasuk ke alam mimpi.

Musim buah, membuat seleraku bangkit, bubur yang dimasak selalu ku lahap, orang kampung silih berganti memberi dorongan, ada yang memberi ramuan, dan aku seduh dengan air panah di dalam buluh, kuminum setiap hari tiga kali, dua sampai tiga hari selera makanku bertambah, buah-buah aku lahap, namun mungkin selamanya aku akan bersahabat dengan Kunyit, Serai dan Cabe, bumbu yang selama ini aku musuhi, tak bisa ku santap lagi. Selamat datang 2012.

Sunday, 12 June 2011

Tangan ku tak lincah lagi, oretan pena yang tak lagi lentur, setelah sekian lama meninggalkan dunia tulis-menulis. Setiap saat hasrat muncul, menulis yang terlihat dan dirasakan, ingin mengoret pena namun selalu saja iba tak kuasa. Masalah perut yang membuat aku menjadi begini, seolah tidak mau lagi kata idealisme, hiruk-pikuknya kota, glanmournya para penguasa, nikmatnya setiap sudut warung kopi.
Aku tak bisa hidup dengan idealisme, omong kosong, anak istriku mau makan apa?, gumam ku suatu ketika, profesi ini sangat mulia, indah dan disukai rakyat dibenci orang berdosa, takut saja aibnya terbongkar di publik. Namun lebih dari itu, kehidupan hanya satu kali, nasib diri sendiri ditentukan tangan sendiri, pena memang bisa merubah nasib, namun manusia selalu menghalanginya. Nasib…ah…hanya kata yang membuatku muak dengan idealism semu, yang dibalut kemunafikan, kotor namun terlihat tak bercela. Puih….!
Asa ku berubah ketika mataku terbelalak melihat kawan-kawan yang sudah jauh melangkah, mengendarai nasib, bukan dikendarai nasib. Sampai akhirnya aku putuskan untuk merubah jalur, berkendara dengan sedikit kemunafikan, merusak, menipu entah apapun nama yang disematkan bagiku, tak peduli. Saat ini aku hanya ingin keluargaku tak kencang dengan hidupmengkritik, tak kenyang hanya hidup dengan mencela, jadilah pelaku hidup, meski dicaci maki, tak hanya mulut dan tangan yang bicara tapi hati dan perbuatan adalah aksi nyata untuk berbagi kebahagiaan, bukan kebahagiaan semu lho. Bisa juga disebut mengikuti jejak tikus-tikus negeri yang mencuri uang di brankas negari kemudian menikmatinya di belahan dunia lain, Singgepor (Singapura), Malay, London bahkan Amerikano,Spanyola, Baliano (Bali bah eh).
Menguasai ilmu jurnalistik berarti menguasai dunia, namun penguasa para jurnalis secara nyata menguasai dunia, bisa keliling dunia bahkan membeli sebagian dunia. Lihat saja, lobinya sampai mendirikan partaipun bisa. Disini sebenarnya hati nurani semakin hilang, saat tujuan sudah dibalut kepentingan, saat idealism sudah beralih ke kepentingan perut, ya… serakah jadinya.
Jika situasi seperti ini, mari kita sama-sama munafik, sama-sama menjual diri, sama-sama merusak tatanan negeri yang kita ukir lewat moncong peluru para pahlawan. Sudahlah terlalu banyak ngawur saya menulis…ini hanya kegusaran hati melihat pekerjaan menumpuk, bingung mau marah dengan siapa…? Selamat bermain dengan idealisme..jangan marah, namanya juga omong kosong, hargai hidup berusahalah selagi bisa. Betul…?!

Tuesday, 30 November 2010

Hentakun
Borneo Tribune, Menjalin

Segala keluh kesah ratusan guru tertumpah pada pemimpin mereka, karena ke mana lagi pahlawan tanpa tanda jasa itu mengadu.
Dalam seminar pendidikan bertajuk ‘Memahami peran strategis guru dalam mewujudkan guru profesional bermartabat dan sejahtera’, yang dilangsungkan di Aula Gereja Katolik Paroki Menjalin Kabupaten Landak, Kamis, (25/11), rbuan guru dipersilakan bertanya mengenai apa saja terhadap pembicara, yang diantaranya Bupati Landak, Adrianus Asia Sidot.
“Anggota DPR boleh studi banding, mengapa kami tidak boleh, kami juga ingin melihat langsung bagaimana rasanya naik Kereta Api sehingga kami bisa menjelaskan ke peserta didik apa dan bagaimana Kereta Api, begitu juga Pesawat Terbang, atau kendaraan yang tidak ada di Kalbar, karena selama ini kami menjelaskan hal tersebut juga hanya mengandai-andai,” terang Damianus (45) Guru SD Sepahat Kecamatan Menjalin.
Ada juga permintaan perwakilan Guru Kecamatan Kuala Behe, agar guru-guru yang dari luar tidak diberi kemudahan pindah sebelum masa pengabdian sepuluh tahun, karena akan merepotkan guru asal setempat dalam mengatur penjadwalan pembelajaran
Selain itu, keluhan terhadap ruang kelas yang kurang sehingga satu kelas mencapai 60 siswa, hal tersebut menyulitkan guru untuk menyampaikan materi pembelajaran. Beberapa keluhan lain semua ditumpahkan
Tak pelak lagi, Bupati ketika itu mesti menyandang tugas ganda, disatu sisi menjawab pertanyaan ilmiah dalam konteks sebagai narasubner, di sisi lain menjawab keluhan guru-guru. Praktis saja solusi bisa mereka temukan, segala pertanyaan dan keluhan tuntas terjawab.

Sebuah Komitmen
Keinginan untuk menjadi Kabupaten terdepan dalam hal kemajuan menjadi sebuah komitmen. Sejak menjadi Kabupaten tahun 1999 Landak yang beribukota di Ngabang mulai berbenah. Kabupaten yang dijuluki kota Intan itu, sejak kepemiminan H. Agus Salim sebagai Bupati, Kemudian Cornelis yang kini menjadi Gubernur Kalbar, menunjukan kemajuan pesat.
Bupati Landak, Adrianus Asia Sidot, menuturkan, awal berdirinya kabupaten Landak 10 tahun lalu, begitu tertinggal, artinya begitu sedikit yang yang anggaran dari Pemerintah Kabupaten Pontianak yang menjadi kabupaten induk.
Infrastruktur memprihatinkan, sarana prasarana pendidikan, irigasi, pertanian semuanya perlu pembenahan, “Ketika Saya menjadi Kepala Dinas pendidikan, rumah sekolah banyak yang roboh karena kondisi yang rusak, sehingga ketika mejadi Kabupaten sendiri, Pemkab Landak kewalahan membangun dan memprioritaskan sarana dan prasarana mana yang mesti didahulukan karena keterbatasan,” terang Adrianus.
Menjadikan sumber daya manusia (SDM) Landak yang Cerdas adalah cita-cita Adrianus, menurutnya jika manusia cerdas maka pembangunan pun akan lebih baik. Ketika Cornelis menjadi Bupati periode pertama, pembangunan infrastruktur mulai dirintis, termasuk sarana prasarana pendidikan dan pembangunan lainnya, nuansa artistik di setiap bangunan pemerintah menjadi ciri khas tersendiri, gedung DPRD dan kantor Bupati yang dirancang mirip Rumah Betang Suku Dayak.
Rintisan tersebut dilanjutkan periode Adrianus Asia Sidot, program utama pembangunan yang diprioritaskan bidang pendidikan. Doktor lulusan Universitas Padjajaran Bandung itu, komitmen mencerdaskan sumber daya manusia (SDM) Kabupaten Landak, karena menurut Dia, SDM modal utama. Tahun 2000, ketika dirinya menjabat Kepala Bidang Sosial Budaya Bappeda Kabupaten Induk, telah memprioritaskan pendidikan, karena melalui pendidikan suatu daerah bisa maju.
“Saat itu ada sejumlah 387 SD yang 70 persen kondisinya rusak berat malah ada bangunan roboh. Saya berfikir, bagaimana memobilitas dana untuk memperbaiki gedung sekolah itu?” tutur ayah tiga anak itu.
Laki-laki penggemar off road itu secara perlahan membangun sarana dan prasarana pendidikan ketika sudah menjadi Bupati, sehingga 2009, seluruh sekolah yang rusak diperbaiki, jumlahnya bertambah menjadi 422 unit.
Tidak hanya Sekolah Dasar yang mesti diperhatikan, pendidikan anak usia dini juga perlu disentuh, saat itu hanya ada 1 (satu) Taman Kanak-Kanak (TK) di Ngabang, saat ini sudah berkembang ada 1 TK Pembina di setiap kecamatan. Selain juga dibangun SMP (Sekolah Menengah Pertama) yang pada saat itu hanya ada 20 SMP Negeri dan Swasta, sehingga tidak menjangkau pedalaman.
Kini, kata suami Bernadeta itu, di seluruh ibukota kecamatan diupayakan ada 2 SMP Negeri. Bahkan hingga desa-desa terjauh diupayakan pembangunan SMP Negeri. Begitu juga dengan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), tahun 2000, hanya ada 5 SMA Negeri di Kabupaten Landak, sekarang sudah ada 20 SMA dan 4 SMK Negeri.

Kebutuhan Mendesak
Selain infrastruktur pendidikan yang diperbaiki yang perlu ditingkatkan juga adalah kualitas guru. Untuk tenaga pengajar, diutamakan lulusan Strata satu. Guru-guru SD yang belum SI ditingkatkan pendidikannya menjadi SI, baik melalui in job training (pendidikan guru dalam jabatan) dan in house training (tugas belajar).
Agaknya, Adrianus, sudah mengantisipasi pensiunan massal guru-guru Inpres tahun 1970-an, sehingga pembukaan formasi calon pegawai negeri sipil tahun ini tenaga kependidikan sebanyak 110 orang dan tenaga kesehatan 65 orang. Cara lain untuk persiapan dengan memberikan beasiswa kepada guru-guru untuk tugas belajar ke universitas-universitas berkualitas, seperti Universitas Pendidikan Indonesia-Bandung, Universitas Kristen Satya Wacana -Salatiga, Uiversitas Negeri Yogyakarta-Yogyakarta. Saat ini jumlah penerima beasiswa 800 orang.
Selain guru-guru, ada juga pelajar dengan pilihan ilmu kedokteran dan pertanian. Beasiswa ini menelan anggaran sebesar Rp.12 Miliar setiap tahunnya. Untuk membiayai ini, Pemkab mengalokasikan dana pendidikan hingga 30 persen dari total APBD. Untuk menghindari kegagalan program beasiswa ini karena gugurnya peserta di tengah studi, maka Pemkab akan memperketat proses seleksi penerimaan, walau tetap memprioritaskan guru-guru.
Meningkatkan mutu sekolah menjadi hal mutlak di Landak, maka, kata Adrianus, Pemkab berupaya mengarahkan agar terciptanya daya saing antar sekolah, “ Dengan menciptakan kompetisi antar sekolah dimana ditekankan ciri khas unggulan sekolah,” ujar Adrianus. Lebih lanjut Ia menjelaskan bahwa sekolah tidak mutlak hanya menekankan pada prestasi akademik saja. Tetapi juga aspek lain unggulan sekolah, misalnya seni dan olahraga. Semua ini bisa tercapai jika sekolah juga sedikit mandiri dengan memobilisasi dana dari siswa. Walau agak sulit untuk diaplikasikan pada sekolah-sekolah di pedalaman dimana pendapatan masyarakat nya masih rendah, namun secara bertahap mulai dikembangkan.
Saat ditanyakan soal arah pendidikan di Kab.Landak dimasa depan, Adrianus mengatakan bahwa, pendidikan terutama lanjutan atas akan fokus pada membangun SMK (sekolah Menengah Kejuruan). Terutama berbasis pertanian dan tidak terlalu variatif dalam jurusan yang tersedia sehingga SMK tersebut efisien dan fokus pada kesiapan keterampilan lulusannya, “Saat ini, saya minta guru-guru memperkuat SMK,” jelas Adrianus. Agar efisien dalam anggaran, SMK disediakan sesuai arah pembangunan Kabupaten Landak, misal SMK jurusan pertambangan, pertanian atau otomotif sesuai merk mesin yang ada di pasaran.
Untuk pendidikan tinggi, Kab.Landak sedang berupaya membangun politeknik-politeknik yang lulusannya akan berguna di Kab.Landak, semisal Politeknik Pengembangan air minum (kimia terapan) atau perrtanian, perkebunan dan otomotif.
Keluh kesah kaum umar Bakri itu, hanya ingin agar cita-cita bersama menjadikan Landak terdepan dalam pengembangan mutu SDM terwujud.
Hentakun
Borneo Tribune, Menjalin

Moment peringatan Hari Guru di Menjalin menjadi kenangan tersendiri bagi Frederika Cornelis.
"Saya hadir di sini karena saya juga guru, jadi saya sangat menghargai profesi ini karena sangat mulia," terang Frederika Cornelis yang juga mantan guru yang kini menjabat Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Kalbar, ketika menghadiri upacara peringatan Hari Guru se Kabupaten Landak di Kecamatan Menjalin, Kamis (25/11), Frederika juga mengenakan batik khas PGRI, putih berukir coklat.
Bertindak sebagai inspektur Upacara Bupati Landak Adrianus Asia Sidot. Ribuan guru memenuhi lapangan bola Pastoran Paroki Menjalin tersebut.
Era modern ini, menurut Frederika, guru mestilah meningkatkan kualitas menjadi guru yang bersertifikasi, dan menjaga loyalitas dalam melaksanakan tugas.
Dia berharap tidak ada guru yang pindah atau mengeluh ketika bertugas di daerah terpencil atau di daerah terjauh dari pusat kota, karena pekerjaan guru itu mulia mencerdaskan kehidupan bangsa, maju mundurnya generasi sebuah daerah tergantung bagaimana peran para guru.
Namun demikian, dia mengharapkan pemerintah dalam hal ini Badan Kepegawaian Daerah untuk lebih teliti dalam menempatkan guru dalam penugasan, apalagi dalam waktu yang lama, terutama guru perempuan atau suami istri yang seprofesi guru, "Agar jangan sampai baru setahun bertugas lalu minta pindah, jadinya tidak efektif," terang Frederika.
Ibu dua anak itu tidak menampik jika ada guru yang mencari penghasilan tambahan, namun dia berharap jangan sampai melalaikan tugas utama sebagai pendidik, apalagi sekarang guru itu profesi. "Kita berharap jangan ketika jam mengajar lalu mengojek," tukas Frederika.

Sarana Introspeksi
Sementara itu, Bupati Landak Adrianus Asia Sidot meminta momentum Hari Guru dijadikan para guru sarana intropeksi diri untuk perbaikan sumbangan pendidikan bangsa.
"Jadikan momentum ini sebagai introspeksi. Mudah-mudahan guru mampu dan terus memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara,” kata Adrianus.
Menurut Adrianus, ada tiga hal yang penting dalam momentum Hari Guru dan HUT PGRI, yakni pertama merupakan momentum yang tepat untuk merenungkan atau merefleksi diri terhadap perjalanan langkah panjang yang telah dilalui.
Kedua, bersama refleksi tersebut adalah upaya untuk introspeksi atas langkah-langkah yang selama ini telah dilakukan.
Ketiga, sebagai upaya untuk menatap masa depan yang lebih baik atau cita-cita luhur seperti saat digagasnya nilai-nilai yang kini dijadikan tonggak peringatan hari guru nasional.
"Dengan peringatan ini, kami mengharapkan dukungan aktif seluruh pemangku kepentingan dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan mengoptimalkan peran guru sesuai dengan tema peringatan tahun ini adalah memacu peran strategis guru dalam mewujudkan guru yang profesional, bermartabat dan sejahtera," tegas Adrianus.(Antara)