Tuesday 5 February 2008

Yogyakarta, gadis kecil, malaikat dan tanah kelahiran...

---Di Persimpangan Jalan keduniawian kita bisa bingung dan bimbang. Tetapi bersamaNya kita telah tahu jalan mana yang akan kita lalui. Tinggal dimana engkau letakan mata hatimu---Anton Pasaribu


Ketika kulangkahkan kaki menuju tangga pesawat yang akan membawaku pulang menuju tanah kelahiranku, ada yang seketika menggilas pikiranku untuk sejenak menoleh kota yang akan ku tinggalkan dalam waktu yang mungkin cukup lama entah sampai kapan...?
Kota yang penuh kenangan, kota yang menurutku hangat khasnya senyum penduduknya ketika menyapa setiap orang. Penduduknya ramah...ya...ramah...Panas namun tetap bersahabat sehingga sulit bagi siapapun yang datang kepadanya untuk mencoba mengucapkan selamat tinggal..
Namun...sayup-sayup tanah kelahiranku memanggil, gunung tempatku selalu bertapa mencari inspirasi, namun belum pernah kudaki juga meneriaki ku, "...kamu harus pulang...!!". Setapak demi setapak kakiku menaiki tangga pesawat komersial itu, tatapanku kosong hingga seorang gadis berseragam mengucapkan selamat datang pun tidak ku hiraukan, aku masih asyik dengan tatapan kosongku. Pandangan terus menerawang, disatu sisi sedih untuk meninggalkan kota yang indah tempatku menggali, mengenal diriku dan seluruh kejelekan sikapku, keluhan dari mulutku yang hampir kuucapkan setiap saat. Kenapa ini cepat berlalu...padahal sudah enam tahun aku di sini menimba air kehidupan untuk ku bekal kelak, agar tidak kehausan dalam belantara.
Ketika ku tersentak mendengar teguran bahwa kursi yang akan kududuki disamping jendela, sehingga aku punya kesempatan lagi untuk menoleh keluar, menatap lagi apa yang akan ku tinggalkan untuk sekian waktu.
Oh...ya...gadis kecil itu...gadis kecil itu yang selalu membawaku pada pengharapan, menatap hai depan yang kuharapkan juga cerah. gadis itu membuat langkahku berat untuk menapaki asa yang akan ku jalan. Asa menuju tanah kelahiranku yang selalu membisikan,"...jangan tinggalkan aku..." membisikanku agar jangan meninggalkan pertapaanku, karena dari situ aku lahir, dari situ aku tumbuh dan menjadi manusia meski tidak sempurna. Mudah-mudahan nabi bisa diterima di tanah kelahirannya yang terus memanggil.
Ah...aku bukan nabi...
Terngiang bisikan malaikat berjenggot, ia seakan-akan selalu membisikan itu. Ya...malaikat itu...bukan malaikat pencabut nyawa, malaikat berjenggot yang mengajarkan aku tentang bagaimana merentang jalan, menembus gelombang kehidupan, berfikir positif dalam keterpurukan dan keterasingan, membuka jalanku untuk meraih setitik cahaya dalam kegundahan. ya...itulah malaikat itu...guru yang selalu menamparku...agar aku tidak selalu tertidur dan menyerah dengan keadaan, inspirator dan segala macamnya...
Asa yang kupunya memang kadang membeku, obsesiku hanya ingin hidup di metropolitan, namun Bisikan untuk mengabdi selalu mendorong perahu hidupku untuk kembali bertapa...merentas kegelapan...menuju cahaya harapan...Selamat datang Masa Depan...Selamat Datang Dunia Nyata...mudah-mudahan aku siap untuk kalian semua...Bertarung demi kejayaan...

0 comments