“Pa, bangun mama sakit
perut,” ujar istriku, Henny Florentina seraya memegang perutnya. Saya bangun, waktu
menunjukan sekitar pukul satu lewat. Dia mengerang kesakitan, tak ada bayangan
kalau pagi itu jam 02.00 WIB anak saya akan lahir, memang kemamilannya sudah
mencapai bulan terakhir dan mendekati tangal melahirkan, namun prediksi Bidan
di Kampung itu sekitar tanggal 25 Juli 2012, atau enam hari lagi.
Hanya meminta mengantarkan
ke kamar kecil. Saya menuntunnya, namun di kamar kecil erangan semakin kuat,
Saya meminta supaya pintu kamar kecil tidak di kunci. Sejurus kemudian dia
memanggil saya untuk membantu keluar kamar kecil, dia mengatakan kalau
celananya basah, pertanda ketuban pecah, “Pa, mama mau melahirkan, tolong
bangunakn nenek dan kakek,” pinta istriku lirih menahan sakit. Setelah
membaringkannya, saya menuju kamar mertua dan mengedor pintu mereka, sejurus
mereka bangun walau masih terlihat ngantuk, saya sampaikan kalau istri saya mau
melahirkan. Mereka bergegas menuju kamar dan mempersiapkan karpet spon di atas
tempat tidur kami, istri saya berbaring di situ.
Kami beruning sekitar
lima sepuluh menit, sementara istriku masih mengerang sakit. Saya dan kakek
memutuskan untuk memangil bidan di ujung kota kembayan, karena bidan yang
merawatnya selama hamil ke luar kota. Subuh pekat Alfa tua menderu menembus
dingin, di boncengan pikiran saya berkecamuk, dag dig dug gembira, was-was
menjadi satu.
NEK BIDAN
Kepalan tangan dan
tendangan di pintu teralis ternyata tidak cukup kuat membangunkan bidan yang
kami tuju. Hati kesal bercampur marah, namun bisikan meminta supaya saya sabar
dan maklum karena jam segitu jamnya enak tidur, jadi meski medis bekerja tak
kenal waktu ya harus dimaklumi, mungkin saja dulu waktu pendidikan tak
diajarkan PPGD atau belajar tapi PPGD tidak lulus, maklum di kampung.
Kami berdua bapak mertua
menanyakan ke rumah di depan mereka, ternyata memang sudah bangun, ya sudahlah.
Namun ada tawa kecil dengan muka geli dari salah satu mereka, saya cuekkan
saja, lalu mertua saya mengatakan, kalau yang tertawa tadi itu mentertawakan
saya karena hanya menggunakan celana dalam dan singlet Gtman hitam, alamaaak
malunya saya. Karena paniknya lalu tak sadar kalau ke pasar hampir tanpa
busana, dibonceng mertua pula.
Kami meninggalkan pasar
dan menuju depan rumah dengan maksud memanggil Nenek Bidan Anas. Bidan sepuh
berpengalaman dan sabar, beliau mantan suster, memang jarang konsultasi ke Nek
Bidan, karena beliau sudah tidak mau ‘mengurus’ orang hamil, apalagi hamil
pertama. Namun malam itu saya memaksa Nenek untuk ke rumah karena tidak ada
lagi tenaga medis lain, Nenek pun bersedia dengan Bidan Kit seadanya membantu
persalinan istri saya. Subuh itu saya diminta bantuan Nek Bidan mengambil
peralatan yang kurang, (maaf masih berkolor ria), sudah seperti setrika pakaian
ke rumahnya membangunkan anaknya yang Bidan pula untuk mengambil alat
persalinan yang kurang, kapas suntik, sarung tangan, sampai tak tahu kalau anak
saya sudah lahir, saya masih saya bolak balik mengambil alat, gurita, dot bayi.
Memang persiapkan kami sudah ada, namun sudah terlanjur dimasukan travel bag
karena persiapan ke pontianak besoknya tanggal 19 Juli. Inginnya, istri saya
melahirkan di pontianak, karena melihat kondisi kehamilannya yang lemah dan
sering mual dan muntah. Biar aman dan
saran Bidan di Kembayan pun harus ke pontianak untuk persalinan.
Namun, sore sebelum
lahir, Istri saya ajak bicara Janin di dalam perut, ditanya mau lahir di rumah
atau di Pontianak, ternyata subuh jam 02.00 WIB tanggal 19 Juli 2012 anak saya
menjawabnya dengan lahir di kamar sederhana 4x4 meter itu, persalinan normal
pula, puji Tuhan. Walau tangisan pertamanya tidak sempat saya dengar, begitu
selesai mengambil peralatan nenek bidan, saya langsung mencium keningnya,
sejurus, nama pun diberikan GISEL YULINE HENTAKUN, kami menginginkan anak itu
kelak menjadi orang yang berguna bagi semua orang, bagi orang lemah, bagi orang
yang membutuhkan pertolongan hidup. Istri saya tersenyum simpul lihat tingkah
polah suaminya yang sedikit norak, perasaan was-was, hampir tak berbusana ke
pasar terbayar sudah dengan lahirnya bayi imut itu. Semoga setiap langkahmu
selalu dilindungi Tuhan nak.