Friday, 16 May 2008

...dan gadis kecil itu menangis lagi di depanku...

.....Jangan tertarik kepada seseorang karena parasnya, sebab keelokan paras dapat menyesatkan. Jangan pula tertarik kepada kekayaannya karena kekayaan dapat musnah. Tertariklah kepada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum, karena hanya senyum yang dapat membuat hari-hari yang gelap menjadi cerah....
Sore itu aku pulang kerja, sampai di rumah sudah jam 17.00 wib.Seperti biasa, di rumah tak tampak olehku seberkas senyum, dari mulut-mulut yang seakan terkatup rapat oleh problema hidup, yang menggantung di setiap sudut pikiran penghuni rumah. Tidak ada alunan lagu soundtrack-nya Keluarga Cemara hadir disana, menjadi penyejuk hati mereka yang masih dihuni oleh pikiran bar-bar. Seakan-akan hari kiamat tiba besok pagi, ketika ayam berkokok pertama kali. Suasana sore itu cukup membuat semua termenung kecuali aku, karena diriku selalu ku biasakan dengan pikiran-pikiran positif, sehingga di saat sedih-pun ekspresiku tak tampak,padahal siapa yang mengetahui kalau hatiku sudah penuh dengan borok-borok brokenhome, aku cukupkuat menghadapinya ya...aku cukup kuat, karena bagiku menangis tidak ada gunanya "Hadapi saja". Dengan tatapan kosong, semua bingung dengan apa yang akan dikerjakan. Suara bass ku memecah keheningan, dengan memanggil salah satu nama penghuni rumah yang juga penghuni hatiku. "Youngman" ujarku, "apa kabarmu hari ini?" kebetulan kami hampir seharian tidak bertemu, karena kesibukan masing-masing sehingga kami punya waktu bertemu hanya sore hari, "sungguh kasihan keluarga ini, karena sibuk mencari harta duniawi, waktu untuk berkumpul dengan keluarga hanya sore hari, itu pun kadang-kadang, dan itu pun pula dalam keadaan capek" gumamku dalam hati.
Di depan televisi yang masih menayangkan acara-acara infotainment, duduk bersandar di kursi jati, gadis kecil yang hanya terdiam, dengan muka merah penuh ekspresi dendam dan kulihat di kedua pipinya mengalir air bening yang keluar dari sudut-sudut matanya. "kenapa kamu,apa lagi yang terjadi hari ini,atas hari-hari surammu sebelumnya?" tanyaku setengah berpuisi. "Aku dimarah lagi" jawabnya tersendat. Tanpa mau peduli apa yang tadi dikatakan orang tuanya atas diri gadis kecil itu, aku menarik nafas, dalam hatiku mengatakan, sungguh anak ini malang nasibnya, setiap hari selalu dilanda kesedihan. Lalu terngiang kembali komitmenku yang memang setiap hari membisiki telingaku, "kamu hadir di sini untuk menghadirkan tawa kebahagiaan dalam keluarga mereka". Tersentak aku dengan lamunan sejenak, "oh...sudahlah tidak usah diceritakan aku sudah tahu". Karena, hari-hari sedari akhir masakuliahku selalu menghadapi femnomena rumah tangga mereka seperti itu, sehingga aku tergugah. Karena alasan mereka masih kecil dan butuh kebahagiaan dan kasih sayang dari orang tuanya, sering aku meneteskan air mata, ketika harus teringat dengan apa yang mereka buat selama ini. Hidup mereka sekeluarga sangat gelap, gelap akan kasih sayang, gelap akan cinta, gelap akan segala kebahagiaan yang semestinya mereka dapatkan dan bisa bersanding dengan harta yang mereka kumpulkan. Semua itu digelapkan oleh uang, harta dan kekayaan. Wajarlah pikirku, gadis kecil itu kebaghagiaannya tergadai, tergadai oleh ambisi orang tuanya, tergadai oleh kerakusan orang tuanya, tergadai...oleh...oleh...dan oleh....sampai nafasku kembali kutarik lagi tak selesai juga aku sebutkan daftar hitam itu. Faktor yang menghilangkan damai di bumi, kebahagian dalam keluarga, canda dan tawa gadis kecil itu. "Oke, kamu mandi sekarang kemudian belajar, sudalah jangan terlalu dipikirkan, selamamasih ada aku di sini semuanya akan baik-baik saja". Gadis kecil pun menurut kemudian masuk ke kamarnya dan mengambil peralatan mandi setelah itu menuju kamar mandi. Selesai mandi dia mengatakan "Nanti bantu saya mengerjakan PR-ya..","oke deh.." jawabku tanpa beban, karena aku ada janjian dengan teman jam19.30 malam itu. Sebelumpergi aku menghadirkan senyum lagi dalam hidupnya dan PR-nya selesai di garap tanpa mempedulikan benar atau salah, tapi aku yakin nilainya akan baik-baik saja, sama dengan harapanku akan hari-hari gadis kecil itu. Gadis kecil itu, membuat hatiku tersayat karena keluguannya, ia hanya pasrah dengan apapun yang dilakukan orang tuannya, yang tidak mau mengerti akan mutiara kebahagiaan yang semestinya diterima oleh gadis kecil itu dan adiknya. Namun mungkin suatu saat adiknya akan kuceritakan dalam blog ku ini, karena mereka berdua sangat kuat menghadapi ini. Semuanya berkat keluguan mereka untuk menghadapi kegetiran dan kerasnya orang tua mereka, sungguh kalau sudah seperti ini, tidak ada gunanya menumpuk harta banyak-banyak dan membuat anak banyak-banyak bila dalam rumah hanya hadir neraka, tanpa ada setetes embun kebahagiaan pun darisudut pikiran penghuni jaman.

Seraya mengelus dada, aku hanya terdiam...dan gadis kecil itu terus meneteskan air mata penuh harapan akan hadirnya senyum di CONGOR orang tuanya yang berhati BATU...!!!. Dan komitmenku untuk menghadirkan tawa bahagia diantara merekapun tak akan pernah luntur...Sampai air mata gadis kecil itu berhenti mengalir lagi di hadapanku...
Besar harapanku agar Syair soundtrack film Keluarga Cemara menyadi kenyataan di sana. Aku dan motor pinjamanku melaju dijalan gelap...maaf aku pergi untuk sebuah janji....aku akan kembali....

0 comments