Friday 6 February 2009

Ha...ha...Aku Mengajar Lagi

"Borneo Tribune beritanya padat ya," ujar Kepala Sekolah SMA St. Bonaventura kepada saya, yang ditemani bagian pemasaran Harian Borneo Tribune, wilayah Kabupaten Sambas, Amrul, Selasa (3/1).

Sore itu, saya mengontak teman lama, Oka, lewat telepon seluler. Oka, alumni Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Ia sekampus dengan saya, hanya beda angkatan dan jurusan. Dia jurusan Bimbingan Konseling, saya Pendidikan Sejarah. Dia masuk 2000, saya tahun 2001.

Kami pernah bertemu, ketika mendampingi siswa SMP/SMA dalam latihan kepemimpinan yang diselenggarakan YPPN di Rumah Doa Rivotorto, Lembah Sarikan, Kecamatan Toho, tahun lalu.

Ketika saya mendapat tugas dari kantor ke Sambas, teringat kalau ada alumni Sanata Dharma mengajar di SMA St. Bonaventura. Sambas daerah baru bagi saya. Sehingga teman yang saya kenal pun hampir tak ada. Kalau bukan Amrul, bagian pemasaran harian Borneo Tribune, siapa lagi.

Amrul setia menemani saya, selama beberapa hari di Sambas. Dia juga yang mengantarkan saya bersilaturahmi ke kediaman guru SLTP saya, di Jalan Pendidikan.

Sore itu, saya menelepon Oka, dia baru sampai di Sambas, siangnya dari Singkawang. Kemudian sore harinya, dia mengajar muatan lokal di SMA St. Bonaventura. Kebetulan saya di Sambas. Oka meminta saya memberi materi Jurnalistik di kelas 10 C di lantai II.

Karena waktunya mendadak, saya mencoba sebisanya. Untungnya, di Flash Disk masih ada copian materi Jurnalistik dari Aleksander Mering. Itu yang dipakai. Saya mencoba menjelaskan kepada siswa dengan alokasi waktu 1 jam pelajaran, untuk menjelaskan bagaimana membuat berita straight news, menulis feature dan artikel di media massa. Saya sekaligus mengenalkan harian Borneo Tribune, sebagai Koran Pendidikan di Kalbar.

Siswa nampak antusias, walau sore biasanya mengantuk menyerang. Oka pun tak ketinggalan. Dia menanyakan, bagaimana menerapkan 5W+1H dalam sebuah tulisan. Sayangnya, waktu yang diberikan ke hanya satu jam. Sehingga yang dijelaskan hanya bersifat umum mengenai hal itu.

Di lantai dasar, Suster Kepala sudah menunggu kami berdua. Suster berterima kasih karena bersedia memberikan materi. Suster berharap, Borneo Tribune mau bekerja sama dengan SMA St. Bonaventura, untuk membantu siswa belajar jurnalistik, dan guru-guru juga butuh ruang ekspresi untuk menulis.

Waktu menunjukan 14.55 Wib, walau di luar hujan deras. Kami harus pulang ke kantor biro harian Borneo Tribune, nun di Jalan Kartiyasa, Sambas.

1 comments

  1. tidak ada yang lebih bernilai selain membagi ilmu pengetahuan dengan orang lain..
    saya banyak menemukan orang-orang dengan kadar keilmuan lumayan, namun semua harta berharga itu tetap tak ke luar dari kepalanya..