Monday, 9 January 2012

HAMPIR TIGA BULAN AKU TERBARING...

"Pulanglah...." ujar Ibuku setengah berteriak lewat telpon genggam, "belum Bu, lihat kondisi akhir-akhir ini udah lumayan bagus, udah bisa makan bubur" jawabku. Memang kondisiku sejak resign dari tempat kerja cenderung menurun, tensi darahku labil, hampir 90 hari aku merasakan sakit yang tak jelas, panas tinggi namun tensi normal.Pernah merasakan dingin seperti masuk kotak pendingin, namun berkeringat sebesar biji Jagung. Tak tahu apa gerangan penyakit menyerang. Aku merenung setiap perkataan dan perbuatan ketika bekerja, hubungan dengan kerabat, orang dan sebagainya, rasanya tak ada yang membuat orang lain sakit hati.

Sejak terbaring, aku lebih banyak nonton televisi, membaca koran dan menunggui istri yang bekerja, untunglah masih bisa masak,dan melakukan pekerjaan rumah lainnya, "Sudahlah yang penting bisa sedikit menggerakan otot-otot," gumamku. Menurut orang tuaku, walau sakit seberat apapun, Aku tetap memaksakan diri bekerja, samp[ai benar-benar tidak mampu bergerak.

Sakit Siklus
Sejak 1992, sakit tak pernah Aku alami lagi. Namun akhir 2011, merupakan ujian terberat setelah aku menikah, istriku tidak kaget, karena sudah aku ceritakan perihal kondisi badanku. Dia sangat siap, walau sekali-sekali aku melihat kejenuhan di raut mukanya, bekerja sampai malam, kalau pulang menunggui suami sakit. Sungguh pekerjaan yang tidak mengenakan. Pekerjaan yang tidak pernah dicita-citakiannya sejak kecil. Namun menurutnya inilah ujian awal pernikahan kita, "Maafkan abang, lalu sakit begini,", " Tak apa abang istirahat yang cukup, dan minum obat teratur biar cepat sembuh, jangan pikirkan pekerjaan," ujarnya lirih.

Mengandung
Ditengah sakit mendera, suatu pagi aaku terbangun karena istriku pagi-pagi sekali ke kamar mandi, sebuah kebiasaan yang jarang dilakukannya, setidaknya setelah menikah. Kami sering bermalas-malasan di tempat tidur sambil bercanda dan menyusun rencana hidup, kalau bangun pagi, bertukar cerita mimpi malam dan mengungkapkan impian. "Bang, positif...!," ujarnya sambil menunjukan alas tes manual padaku yang masih berselimut. Syukurlah gumamku dalm hati, ternyata kerja kerasku selama ini membuahkan hasil. Berarti sembilan bulan ke depan aku tak boleh sakit apalagi sampai terbaring seperti ini. Senyum merekah dalam hatiku, seolah ingin sembuh waktu itu, namun tidak berdaya, aku tetap saja merasakan dingin dan pusing serta mual. Untuk memastikan, kami ke Bidan di kampung itu, dan hasilnya benar-benar positif, istriku diberi secarik kertas dari bekas bungkusan susu, sementara buku KMS belum ada. Kami pulang, dalam balutan jaket, hatiku tersenyum, ya tersenyum saja.

Merry Christmas Lemas

Beberapa hari menjelang Natal, kami memutuskan pulang ke Kembayan, kampung istriku. Aku lebih dulu diantar kerabat yang kasihan melihat kondisiku semakin memburuk. Badanku turun 15 kilogram. Kumisku tak terawat apalagi rambut dan aroma badan, benar-benar gembel. Aku memaksakan untuk mandi agar aroma di dalam Mobil tidak terlalu menyengat. Jam 12.00 aku diantar ke tempat mertua, di sana masakan dan minuman hangat serta minyak urut siap, namun makanan tak satupun aku sentuh, aku muntah lagi dan terbaring hingga malam menjemput. Ibu mertua memasakan bubur namun sekin sendok dimakan begitu juga keluar, sepertinmya siklus lancar, lalu ke Puskesmas, tukang urut dan sebagainya dilakukan, ketika istriku menyusul liburan. 24 Malam kami menikmati natal, aku sempat mengantar istri ke salon, lagi-lagi ibu dikampung menelpon dan minta Aku pulang untuk berobat, Aku oke-kan selesai Natal, karena aku ingin melewati liburan natal bersama istri tercinta, ini moment pertama setelah pernikahan kami.

Istriku membelikan Kemeja bermerek lengan panjang, harganya lumayan, karena merek terkenal. Kemeja kesukaanku. Dia membeli gaun mini kesukaanku, yang setiap kejakarta aku belikan. Kali ini Krem warnanya dia beli bersama kemejaku. Kami ingin memakainya bersama hari Kelahiran Yesus Kristus. Aku senang, dalam sakit mendera aku tersenyum dan mengecup kening istriku di kamar, "terima kasih sayang'" tak terasa bulir bening keluar dari sudut mataku.

Malam tanggal 25 aku ke Gereja bersamanya, menggunakan batik Pink dia senang, tersenyumdan memelukku, namun suasana hatiku tidaktenang karena balutan penyakit, aku selalu keringat dingin, namun berusaha tidak membuatnya kecewa, "Paling tidak malam ini," gumamku. Aku berusaha duduk didekatnya, kami duduk didekat pintu masuk, Perayaan Natal berjubel. Ukuran gerejayang tak sebanding membuat umat, termasuk aku tidak nyaman. Harusnya natal digereja baru persis di depan rumah, namun gereja yang dibangun mirip gereja-gereja di Eropa tersebut belum selesai, sehingga Gereja sementara yang hanya menampung 100 orang digunakan. Aku tidak konsentrasi, aku keluar gereja dan duduk di teras Puskesmas yang kebetulan berhadapan. banyak yang menyalami dan menegurku, menanyakan kondisi serta kabar, karena kami menikah Gereja di Kembayan, orang-orang di situ banyak mengenaliku, karena wajah sedikit unik, pucat tanpaekspresi, apalagi kalau bukan Demam tak tentu rudu, namun kupaksakan tersenyum biar mereka tak kecewa.

Setelah komuni aku putuskan ajak istriku pulang, biar tidak terlalu malam, aku (*maaf)muntah lagi tiba di rumah, kembali ke tempat tidur kupikir menjadi pilihan tepat. Pagi, ingin aku sembahyang karena istriku sudah bangun, dia sudah di depan kaca, mengajakku sembahyang, aku bangun dan mandi, menggigil yang aku rasakan, bulu-buluku merinding. Aku paksakan memakai baju kemeja yang dibelinya, kusemprot minyak wangi, kupasang sepatu, kami ke gereja, Gaun Krem membuatnya semakin cantik walau sedang hamil. Sampai di ruang tamui aku teduduk, aku mau pingsan, mukaku dingin, badanku meriang aku terduduk di kursi tamu, istriku trerlihat kecewa, "Yang, kita pakai di rumah saja ini pakaian, abang tidak kuat," Sangat berat hatinya untuk mengiayakan namun apa mau dikata, aku tidak bisa bangun, Aku minum air putih dan mencoba bangun menuju ruang TV di lantai atas, dan terbaring di sana. Selamat Natal 2011 gumamku, mimpipun menjemput, demam kembali menyerangku, panas tinggi, sehingga kompres keningku selalu kering dan berkali-kali dibasahi.

Berobat
Tiga hari setelah perayaan Natal, aku pulang kami menyewa Mobil, karena istriku tidak boleh banyak bergerak, perutnya semakin membesar, dia juga sekali-sekali mual. Kami kembali ke Pusat Damai, aku langsung ke Kangking, Ketapang. Empat jam jaraknya, membuat kondisiku semakin memburuk, aku tak bisa tersenyum, bahkan pandanganku kabur, kepalaku berdenyut, leherku seperti ada yang memukuli, telapak kakiku seperti menginjak bongkahan es, ah kenapa badan ini. Aku berusaha, ke kampung, naik motor hujan sampailah di Kangking tanah kelahiranku. Ibu dan bapak serta kerabat yang harap-harap cemas tersenyum kecut melihat kondisiku, yang sudah pucat pasi, segera Ibu memasak bubur, bapak mencari ramuan. Tak kuhiraukan pesta pernikahan di Rumah sebelah, yang juga kegaduhan karena kedua mempelai pingsan setelah pemberkatan, hampir satu hari mereka bergelut dengan kecemasan, kedua mempelai tidak sadar, hingga tengah malam kudengar alunan musik dangdut menggema pertanda keduanya sudah sadar, mungkin lagi 'belacek'. Aku tak bisa tidur, dingin menyelimuti, mebngalahi ketebalan selimutku. Bapak dan Ibu serta keluarga tidur bersamaku,malam itu mimpi buruk dan ketakutan menyelimutiku. Ketakutan akan kematian, ketakutan akan penghakiman di akhirat karena aku tak mampu melawan penyakit, aku gampang menyerah, aku tidak kuat menghadapi hidup, kalah dari orang cacat, orang buta, orang miskin. Aku mulai ingat akan Tuhan, dan berdoa, "Tuhan kalau boleh, beri aku kesempatan untuk hidup kembali aku akan membahagiakan istri anak dan keluarga ku, serta memujiMU," Rosario hadiah pernikjahan tidak pernah hilang di tanganku. Istriku selalu aku ingatkan agar membawa benda tersebut kemanapun pergi termasuk ke alam mimpi.

Musim buah, membuat seleraku bangkit, bubur yang dimasak selalu ku lahap, orang kampung silih berganti memberi dorongan, ada yang memberi ramuan, dan aku seduh dengan air panah di dalam buluh, kuminum setiap hari tiga kali, dua sampai tiga hari selera makanku bertambah, buah-buah aku lahap, namun mungkin selamanya aku akan bersahabat dengan Kunyit, Serai dan Cabe, bumbu yang selama ini aku musuhi, tak bisa ku santap lagi. Selamat datang 2012.

1 comments

  1. Mas Mul says:

    Selamat Natal dan tahun baru Hendrik dan keluarga. Sakit apa Hendrik, malariakah?Pantas sejak 3 bulan lebih account ym-mu ga online. Doa kami, Hendrik cepat sembuh dan pulih seperti sedia kala. Proficiat juga atas kehamilan istri, semoga proses kehamilan dan kelahiran besok berjalan lancar tanpa halangan suatu apa.Doa kami, Mulyana (Yudha XXII) dan keluarga